BUKU HARIAN SEORANG PELACUR .. "AKU SUDAH BERTAUBAT" ..
0 komentar Diposting oleh Zulhijar Tryhandoyo di 23.06
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Lia masih terus bergulat dengan
laki-laki manapun. Dari orang kantoran sampai kuli bangunan Ia layani.
Mereka bebas menikmati tubuh lia yang Indah, asalkan memiliki uang.
Seluruh warga kampung tersebut sudah muak dengan tingkah polah Lia, ya. Lia Amelia si Pelacur. Ia hanya dianggap sebagai biang kesialan dikampung.
Tidak ada saudara yang bisa membujuk Lia untuk kembali ke jalan yang benar. Karena Lia tidak pernah mau menggubrisnya. Sebenarnya Lia anak yang baik, hanya karena disakiti pacarnya, yang menjadikan ia nekad, terjun dalam lembah hitam.
Seorang kawannya menunjukkan jalan terbaik melampiaskan dendam Lia pada laki-laki, pada keadaan yang kejam terhadapnya. Hari-harinya dilalui dalam pelukan laki-laki yang berbeda-beda, silih berganti.
Bertahun sudah waktu berlalu, Lia terjangkit penyakit kronis. Tidak seorang pun kawan, saudara, atau tetangga desa yang peduli padanya. Apalagi menengok melihat sakitnya.
Bahkan pas meninggalpun dianggap biasa saja. Layaknya kematian binatang. Lia tidak dikuburkan dengan layak. Orang kampungnya memang termasuk kolot. Jasadnya saja tidak boleh dikuburkan di Pemakaman desa.
Terkuburlah Lia, sang pelacur pada suatu tempat, di tanah kosong. Seorang teman Lia, sesama Pelacur, meratapi kematian Lia. Seorang diri.
Lima tahun sudah waktu berlalu dari saat itu. Saat penguburan Lia. Tidak seorangpun yang mengenang Lia. Lia hanyalah satu potret yang harus dirobek dari sejarah kampung, dari riwayat kampung yang teramat kolot. Yang masih menganggap kesalahan fatal, adalah hukuman seumur hidup bagi si pelaku. Apalagi bagi seorang lia, yang tidak berdaya apa-apa.
Lima bulan yang lalu kampung tersebut geger. Kampung di mana Lia terkubur dengan begitu saja, tanpa tata cara tanpa ritual. Sebuah proyek besar untuk Pembuatan jalan tol, kebetulan melewati kampong tersebut. juga melewati kuburan lia.
Buldozer yang memiliki kekuatan ratusan Ton, tidak mampu menembus tanah di mana Lia dikuburkan. Berkali-kali moncong bulldozer diarahkan, berkali pula orang terkesima. Karena tanah itu bagaikan batu karang yang teramat kokoh. Tidak tersentuh sama sekali. Namun saat di dengan gali dengan cangkul petani biasa, tanah itu begitu mudah dikeruk. Seakan tidak pernah terjadi keanehan apa-apa.
Semua mata terbelalak menyaksikan jasad yang masih membujur, dengan kondisi tubuh yang masih kelihatan segar, tidak seperti layaknya mayat yang sudah terkubur lima tahun lamanya. Bau harum semerbak tercium dari jasad itu.
Harum yang lain dari parfum manapun. Harum yang belum pernah ada sebelumnya dibumi. Harum yang keluar dari jasad seorang Lia yang sudah terkubur lima tahun lamanya. Teman saya yang kebetulan sebagai mandor di situ, ikut kaget dan bingung juga. Semua warga gempar.
Oleh penduduk, dilacaklah keberadaan si jasad. Dari teman almarhum Lia yang masih menjalankan profesinya sebagai pelacur, terungkap bahwa sebenarnya, satu tahun sebelum kematiannya, Lia sudah bertaubat.
Tapi taubat itu tidak pernah Lia ungkapkan kepada siapapun. Termasuk kepada teman akrabnya. Semua Lia curahkan pada buku hariannya. Tertulis lengkap.
Lia berusaha menjalankan semua perintahNya. Dari yang wajib dan yang sunah, bahkan semua yang sunah dia kerjakan. Lia menjalankan dengan Ikhlas. Buku harian itulah saksi utama semua ratapan dan jerit penyesalan seorang Lia, seorang Pelacur yang bertobat dengan diam-diam?
Semua mata berkaca-kaca. Terlihat begitu sedih dengan roman penyesalan yang jelas tergambar. Hari itu pemakaman Lia. Pemakaman kembali seorang (bekas) Pelacur yang pernah terhina begitu rupa.
Setelah terkubur selama lima tahun, Lia dimakamkan kembali dengan layak. Dimakamkan selayaknya pemakaman seorang manusia biasa. Diiringai doa-doa dan ratap penyesalan dari saudara dan warga kampung.
Kisah ini benar-benar terjadi, pada suatu tempat, di sebuah daerah di Indonesia.
Wallahu a'lam bishawab ...
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...
Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...
... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...
~ o ~
Salam santun dan keep istiqomah ...
--- Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini ... Itu hanyalah dari kami ... dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan ... ----
Semoga bermanfaat dan Penuh Kebarokahan dari Allah ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat ....
#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
------------------------------------------------
.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik ....
** Sumber : http://www.osserem.me/2012/04/buku-harian-seorang-p3lacur-aku-sudah.html
Seluruh warga kampung tersebut sudah muak dengan tingkah polah Lia, ya. Lia Amelia si Pelacur. Ia hanya dianggap sebagai biang kesialan dikampung.
Tidak ada saudara yang bisa membujuk Lia untuk kembali ke jalan yang benar. Karena Lia tidak pernah mau menggubrisnya. Sebenarnya Lia anak yang baik, hanya karena disakiti pacarnya, yang menjadikan ia nekad, terjun dalam lembah hitam.
Seorang kawannya menunjukkan jalan terbaik melampiaskan dendam Lia pada laki-laki, pada keadaan yang kejam terhadapnya. Hari-harinya dilalui dalam pelukan laki-laki yang berbeda-beda, silih berganti.
Bertahun sudah waktu berlalu, Lia terjangkit penyakit kronis. Tidak seorang pun kawan, saudara, atau tetangga desa yang peduli padanya. Apalagi menengok melihat sakitnya.
Bahkan pas meninggalpun dianggap biasa saja. Layaknya kematian binatang. Lia tidak dikuburkan dengan layak. Orang kampungnya memang termasuk kolot. Jasadnya saja tidak boleh dikuburkan di Pemakaman desa.
Terkuburlah Lia, sang pelacur pada suatu tempat, di tanah kosong. Seorang teman Lia, sesama Pelacur, meratapi kematian Lia. Seorang diri.
Lima tahun sudah waktu berlalu dari saat itu. Saat penguburan Lia. Tidak seorangpun yang mengenang Lia. Lia hanyalah satu potret yang harus dirobek dari sejarah kampung, dari riwayat kampung yang teramat kolot. Yang masih menganggap kesalahan fatal, adalah hukuman seumur hidup bagi si pelaku. Apalagi bagi seorang lia, yang tidak berdaya apa-apa.
Lima bulan yang lalu kampung tersebut geger. Kampung di mana Lia terkubur dengan begitu saja, tanpa tata cara tanpa ritual. Sebuah proyek besar untuk Pembuatan jalan tol, kebetulan melewati kampong tersebut. juga melewati kuburan lia.
Buldozer yang memiliki kekuatan ratusan Ton, tidak mampu menembus tanah di mana Lia dikuburkan. Berkali-kali moncong bulldozer diarahkan, berkali pula orang terkesima. Karena tanah itu bagaikan batu karang yang teramat kokoh. Tidak tersentuh sama sekali. Namun saat di dengan gali dengan cangkul petani biasa, tanah itu begitu mudah dikeruk. Seakan tidak pernah terjadi keanehan apa-apa.
Semua mata terbelalak menyaksikan jasad yang masih membujur, dengan kondisi tubuh yang masih kelihatan segar, tidak seperti layaknya mayat yang sudah terkubur lima tahun lamanya. Bau harum semerbak tercium dari jasad itu.
Harum yang lain dari parfum manapun. Harum yang belum pernah ada sebelumnya dibumi. Harum yang keluar dari jasad seorang Lia yang sudah terkubur lima tahun lamanya. Teman saya yang kebetulan sebagai mandor di situ, ikut kaget dan bingung juga. Semua warga gempar.
Oleh penduduk, dilacaklah keberadaan si jasad. Dari teman almarhum Lia yang masih menjalankan profesinya sebagai pelacur, terungkap bahwa sebenarnya, satu tahun sebelum kematiannya, Lia sudah bertaubat.
Tapi taubat itu tidak pernah Lia ungkapkan kepada siapapun. Termasuk kepada teman akrabnya. Semua Lia curahkan pada buku hariannya. Tertulis lengkap.
Lia berusaha menjalankan semua perintahNya. Dari yang wajib dan yang sunah, bahkan semua yang sunah dia kerjakan. Lia menjalankan dengan Ikhlas. Buku harian itulah saksi utama semua ratapan dan jerit penyesalan seorang Lia, seorang Pelacur yang bertobat dengan diam-diam?
Semua mata berkaca-kaca. Terlihat begitu sedih dengan roman penyesalan yang jelas tergambar. Hari itu pemakaman Lia. Pemakaman kembali seorang (bekas) Pelacur yang pernah terhina begitu rupa.
Setelah terkubur selama lima tahun, Lia dimakamkan kembali dengan layak. Dimakamkan selayaknya pemakaman seorang manusia biasa. Diiringai doa-doa dan ratap penyesalan dari saudara dan warga kampung.
Kisah ini benar-benar terjadi, pada suatu tempat, di sebuah daerah di Indonesia.
Wallahu a'lam bishawab ...
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...
Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...
... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...
~ o ~
Salam santun dan keep istiqomah ...
--- Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini ... Itu hanyalah dari kami ... dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan ... ----
Semoga bermanfaat dan Penuh Kebarokahan dari Allah ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat ....
#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
------------------------------------------------
.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik ....
** Sumber : http://www.osserem.me/2012/04/buku-harian-seorang-p3lacur-aku-sudah.html
"Mutiara Air Mata Muslimah"~ ♥MIMPI GADIS BERTEMU IBU DINERAKA♥
0 komentar Diposting oleh Zulhijar Tryhandoyo di 21.13Bismillahirrahmanirrahim..Seorang
gadis datang menemui Rasulullah dengan tangan kanannya disorokkan ke
dalam poket bajunya. Dari raut wajahnya, anak gadis ini sedang
menanggung kesakitan yang amat sangat.
Lalu Rasulullah menegurnya. "Wahai anakku, kenapa wajahmu menampakkan kamu sedang kesakitan dan apa yang kamu sorokkan di tanganmu?"
Lalu gadis malang ini pun menceritakan hal yang ber
laku padanya :- "Ya,Rasulullah, sesungguhnya aku adalah anak yatim piatu. Malam tadi aku telah bermimpi dan mimpiku itu telah membuatkan aku menanggung kesakitan ini." balas gadis tadi.
"Jika tidak jadi keberatan, ceritakanlah mimpimu itu wahai anakku." Rasulullah mula tertarik dengan penjelasan gadis tersebut.
"Aku bermimpi berjumpa ibuku di dalam neraka. Keadaannya amat menyedihkan. Ibuku meminta diberikan air kerana dia amat dahaga kerana kepanasan api neraka itu hingga peluh tidak sempat keluar kerana kekeringan sekelip mata." Gadis itu berhenti seketika menahan sebak. "Kemudian kulihat ditangan kirinya ada seketul keju dan ditangan kanannya ada sehelai tuala kecil.
Beliau mengibas-ngibaskan kedua-dua benda tersebut untuk menghalang api dari membakar tubuhnya. Lantas aku bertanya ibuku, kenapa dia menerima balasan sebegitu rupa sedangkan ketika hidupnya ibuku adalah seorang hamba yang patuh dengan ajaran islam dan isteri yang taat kepada suaminya? Lalu ibuku memberitahu bahawa ketika hidupnya dia amat bakhil. Hanya dua benda itu sahaja iaitu seketul keju dan sehelai tuala kecil pernah disedekahkan kepada fakir. Yang lainnya hanya untuk bermuka-muka dan menunjukkan kelebihan hartanya sahaja.
Lalu aku terus mencari ayahku. Rupanya beliau berada di syurga dan sedang menjamu penghuni syurga dengan makanan yang lazat dan minuman dari telaga nabi. Ayahku memang amat terkenal kerana sikapnya yang dermawan dan kuat beramal. Lalu aku bertanya kepada ayahku. "Wahai ayah, ibu sedang kehausan dan menangung azab di neraka.Tidakkah ayah ingin membantu ibu sedangkan di dunia kulihat ibu amat mentaatimu dan menurut perintah agama.
Lalu dijawab oleh ayahnya. Sesungguhnya beliau dan semua penghuni syurga telah dilarang oleh Allah dari memberi walau setitik air kepada isterinya kerana itu adalah pembalasan untuk kebakhilan yang dilakukan ketika didunia.
Oleh kerana kasihan melihat azab yang diterima oleh ibuku, aku lantas menceduk sedikit air mengguna tapak tangan kananku lalu dibawa ke neraka. Belum sempat air tersebut mencecah bibir ibuku, api neraka telah menyambar tanganku sehingga melecur. Seketika itu juga aku tersedar dan mendapati tapak tanganku melecur teruk. Itulah sebabnya aku datang berjumpa engkau ya Rasulullah."
Panjang lebar gadis itu bercerita sambil airmatanya tidak henti-henti mengalir dipipi. Rasulullah kemudian meletakkan tongkatnya ke tapak tangan gadis tersebut lalu menadah tangan, berdoa memohon petunjuk dari Allah. Jika sekiranya mimpi gadis tersebut adalah benar maka disembuhkanlah agar menjadi iktibar kepada beliau dan semua umat islam. Lalu berkat kebesaranNya tangan gadis tersebut sembuh. Rasulullah lantas berkata, "Wahai anakku, pulanglah. Banyakkan bersedekah dan berzikir dan pahalanya kau berikan kepada ibumu.Mudah-mudahan segala dosanya terampun.
InsyaALLAH.
.. Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...
~ o ~
Salam santun dan keep istiqomah ...
--- Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini ... Itu hanyalah dari kami ... dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan ... ----
Semoga bermanfaat dan Penuh Kebarokahan dari Allah ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat ....
#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
Seorang Nenek masuk ke dalam lift hendak menuju lantai 6 ...
0 komentar Diposting oleh Zulhijar Tryhandoyo di 20.38Seorang Nenek masuk ke dalam lift hendak menuju lantai 6 ...
Di lantai 1masuk seorang gadis yang sangat harum :
Nenek : bau nya harum banget ..
Gadis : “Merknya BULGARY 2 jt perbotol ..!!” katanya pamer kepada Nenek.
Di lantai 2 masuk lagi seorang gadis harum :
Nenek : bau nya harum juga ..
Gadis : Mereknya” TERE ..3,5 jt perbotol ..!!!
Ke 2 gadis berbisik menatap si Nenek ..
Tiba di Lantai 6 Nenek keluar lift sambil kentut membuat ke dua gadis hampir pingsan karena baunya dahsyat ....
” TERASI .. 60 ribu sekilo ..!! ”
===========
Di lantai 2 masuk lagi seorang gadis harum :
Nenek : bau nya harum juga ..
Gadis : Mereknya” TERE ..3,5 jt perbotol ..!!!
Ke 2 gadis berbisik menatap si Nenek ..
Tiba di Lantai 6 Nenek keluar lift sambil kentut membuat ke dua gadis hampir pingsan karena baunya dahsyat ....
” TERASI .. 60 ribu sekilo ..!! ”
===========
... KISAH JENAZAH PESUGIH, KULITNYA SERUPA KEDEBONG PISANG ...
0 komentar Diposting oleh Zulhijar Tryhandoyo di 20.33
... KISAH JENAZAH PESUGIH, KULITNYA SERUPA KEDEBONG PISANG ...
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Di sepanjang jalan itu, seperti biasanya, hiruk pikuk oleh lalu-lalang orang yang mengadakan transaksi ekonomi. Memang, di kanan kiri jalan itu banyak berjajar pertokoan. Macam-macam dagangannya, mulai dari mainan, kuliner hingga kebutuhan pokok sehari-hari. Sebab tempat tersebut termasuk tempat strategis untuk kegiatan berniaga.
Namun di antara sekian toko itu, ada satu toko besar yang tampak lebih ramai dibandingkan dengan toko-toko lainnya. Spanduknya berukuran 5 x 1 m bertuliskan “Toko Laili”. Barang dagangannya cukup banyak dan beragam. Di toko ini segala kebutuhan dasar sehari-hari tersedia.
Pagi-pagi sekali, Toko Laili sudah buka. Sebab, saat itulah masyarakat mulai sibuk beraktivitas. Pembeli mengalir tak henti-henti. Bahkan kadang mengantri cukup lama untuk mendapatkan giliran, padahal toko-toko sembako serupa tidak jauh dari tempat itu. Mereka menganggap di toko ini, apa yang mereka butuhkan tersedia sehingga sekali belanja tidak perlu mencari-cari ke tempat lain. Toh harganya pun standar.
Tentu saja pemandangan ini membuat iri para pedagang lainnya. Malahan pemilik kios-kios lain seringkali terbengong-bengong melihat orang hilir-mudik terus di Toko Laili. Mereka heran kenapa toko itu begitu ramai pengunjungnya sementara yang lain biasa-biasa saja.
“Mbak Yu, toko seberang itu kok ramai terus ya?” tanya Umi kepada Sarmi.
“Ya. Padahal dulu keadaannya sama seperti toko kita,” tukas Sarmi.
“Mbak Yu pernah coba mengulik secara diam-diam rahasia kesuksesan toko itu?”
“Belum pernah. Tapi dulu sebelum seramai sekarang, kuperhatikan Laili sering mencari-cari tabloid atau koran mistik.”
“Terus, apa hubungannya?”
“Di dalam media itu banyak iklan seputar pelet, jimat-jimat, ajian-ajian, obat-obatan bahkan penglaris.”
“Apa itu penyebabnya, Mbak Yu?”
“Entahlah, kita tidak usah su’u-dzan.”
Keduanya menutup pembicaraan siang itu sembari memeras otak bagaimana agar dagangan mereka juga bisa ramai.
Rajin ‘Berikhtiar’ ...
Pada hari Sabtu atau Minggu pagi, Laili (35 thn, nama samaran) memang sering pergi untuk suatu keperluan. Biasanya, ia berangkat pagi-pagi sekali dan pulangnya menjelang petang. Jika ia pergi, ibunyalah yang ganti menjaga tokonya. Toko Laili sebenarnya milik ibunya, namun saat ibunya beranjak tua, Laili-lah yang meneruskannya.
Laili berpikir bahwa selama ini toko yang dikelola ibunya itu tak mengalami kemajuan berarti. Memang tetap berjalan seperti toko-toko lainnya, namun perkembangannya sungguh lambat. Padahal Laili sudah bermimpi, ke depan tokonya harus lebih besar dengan dagangan yang lebih beragam.
Sampai suatu ketika ia disarankan oleh seorang teman untuk mencoba berkonsultasi dengan “orang pintar”. Orang pintar yang dimaksud adalah seorang dukun yang seringkali didatangi orang-orang yang punya problem usaha, keluarga serta jodoh.
“Cobalah! Banyak kok orang yang usahanya kembang-kempis namun setelah ‘berikhtiar’ usahanya menjadi lebih baik!” temannya meyakinkan.
Semula Laili acuh saja. Namun setelah dipikir-pikir di rumahnya, ia pun termakan provokasi temannya. “Tak ada salahnya mencoba, siapa tahu ini adalah jalan keluarnya,” batin Laili.
Entah kenapa mulai saat itu, perempuan satu ini mulai keranjingan mendatangi dukun, paranormal dan orang-orang yang disebut-sebut “pintar”.
Tujuannya sama, yakni mencari cara agar usahanya jauh lebih maju. Dari satu orang ke orang lain, dari satu tempat ke tempat lain, dari satu kota ke kota lain.
Ia mulai rajin mencari-cari informasi melalui koran, tabloid dan majalah, agar mendapatkan sesuatu yang paten yang bisa mengubah dunianya. Betapa pun harus merogoh koceknya dalam-dalam sebagai mahar, Laili tidak keberatan asalkan membuahkan hasil.
Beberapa bulan kemudian, upaya Laili membuahkan hasil. Semakin lama, dirasakan tokonya kian ramai oleh para pembeli. Malahan kadang-kadang pagi-pagi benar, sudah ada pembeli yang mengetuk rumahnya untuk berbelanja, padahal tokonya belum juga dibuka. Laili senang. Ini tandanya ada kemajuan.
Stok dagangan di Toko Laili semakin menumpuk. Segala kebutuhan masyarakat yang sebelumnya tidak ada dan mesti pergi ke kota untuk membelinya, kini bisa didapatkan di Toko Laili.
Tidak cukup di situ saja, Toko Laili yang tadinya melayani eceran saja perlahan berubah menjadi agen, yang artinya melayani partai-partai besar. Untuk itu, Laili mempekerjakan 4 orang untuk membantunya. Merekalah yang melayani kebutuhan-kebutuhan para pembeli.
Setelah dua tahun lewat, sekarang Laili bisa tersenyum lebar. Dari belakang meja kasir, ia tampak sumringah melayani para pembeli. Kini, kunci sukses seolah berada di genggaman tangannya sembari mengingat bahwa ikhtiarnya selama ini mendatangi satu “orang pintar” ke “orang pintar” lainnya ternyata cukup manjur.
Ia juga percaya, dengan menjalankan sejumlah ritual yang disarankan usaha yang dilakoninya akan terus meningkat. Padahal ritual-ritual yang dilakukan itu sejatinya tidak diperkenankan oleh agama, namun Laili tak peduli yang penting tujuan yang diinginkannya tercapai.
Sebaliknya, pemilik kios lain di sekitarnya perlahan mulai khawatir. Sebab dari hari ke hari, grafik pembeli mereka terus menurun. Jika begini terus, bukan tidak mungkin mereka akan gulung tikar sebab pelanggan satu per satu beralih ke Toko Laili. Toko itu seolah memiliki magnet yang luar biasa yang bisa menyedot orang untuk datang dan datang lagi.
Namun lambat laun aroma ketidakwajaran Laili dalam menjalankan roda usahanya tercium juga oleh beberapa orang di sekitarnya. Entah dari mana muasalnya, tiba-tiba, beredar kabar seputar ikhtiar sampingan Laili yang menggunakan penglaris santer terdengar.
Dari satu mulut ke mulut lain, kemudian menyebar. Rupanya dugaan Mbak Yu Sarmi tentang kesukaan Laili mencari info tentang penglaris dan semacamnya mendekati kebenaran.
Laili tidak menanggapi isu yang berhembus tersebut tetapi juga tidak menampik. Ia pun beranggapan tidak ada yang salah dengan dirinya.
“Sah-sah saja bukan? Aku tidak merugikan orang lain,” gerutu Laili mendengar selentingan orang yang mencibir ikhtiarnya.
Di seberang jalan, tampak Mbak Yu Sarmi dan Umi seperti biasa bercengkerama.
“Mbak Yu, dugaanmu sepertinya benar. Ternyata orang-orang banyak membincang kesuksesan Laili yang diperoleh melalui cara mencari penglarisan,” kata Umi agak serius.
“Biarlah... Kenapa kita ikut repot? Baik atau buruk, toh pelakunya sendiri nanti yang akan menangung resikonya,” jawab Mbak Yu Sarmi.
Seiring perjalanan waktu, berita itu sirna dengan sendirinya. Nyatanya tak berdampak apa-apa terhadap usaha Laili. Dagangan Laili tetap lancar dan sukses.
Layu dan Tua Renta ...
Usaha Laili sukses sehingga menempatkan dirinya sebagai seorang juragan baru yang kaya. Laili sesungguhnya tak bakal menyangka kesuksesan yang diraihnya bakal secepat ini. Hanya dalam hitungan kurang dari 5 tahunan, semuanya berubah. Sang ibu pun senang mendapati anaknya yang mewarisi usaha dagangnya bisa lebih sukses dan maju pesat.
Sayangnya, Laili tak bisa merasakan kesuksesannya lebih lama. Di saat usahanya mengalami kemajuan, mendadak perempuan ini jatuh sakit. Ia mengira dirinya terlalu letih akibat memforsir fisiknya sehingga menyebabkan dirinya drop.
Karena itu, ia hanya minum obat yang tersedia di tokonya serta memperbanyak istirahat saja di rumah. Akan tetapi dugaan Laili meleset sebab makin lama penyakitnya justru makin parah. Usaha dibawa ke medis sudah dilakukan. Berbulan-bulan penyakitnya tak kunjung sembuh dan akhirnya ajal pun tiba.
Kontan saja berita kematian Laili menyebar. Keluarga dekat berkumpul, tak terkecuali Nursalim dan Mustakim, dua saudara lelaki Laili. Mereka bahkan siap membantu prosesi memandikan jenazah. Akan tetapi sebelumnya ia berniat melihat wajah saudara perempuannya itu untuk terakhir kalinya.
Saat menyingkap bagian muka, terlihatlah wajah Laili yang aneh sehingga mengagetkan mereka. Wajah itu berkerut-kerut, layu sekali dan terlihat seperti wajah nenek tua renta padahal ia masih tergolong muda (sekitar 40-an thn).
Bukan di bagian muka saja, di bagian leher, kemudian di lengan kanan kiri, kaki kanan kiri yang terbuka semuanya tampak layu seperti pepohonan yang meranggas. Mereka tak berani memegang kulit saudara perempuannya yang berbeda sekali dari kulit aslinya. Jasad saudara perempuannya itu ternyata mirip sekali dengan kulit kedebong pisang yang sudah mengering.
“Astaghfirullah... Bagaimana bisa terjadi?” tanya Nursalim.
Saudara lelakinya itu hanya menggelengkan kepala. Ia juga bingung sekali dan tak habis pikir kenapa bisa demikian. Padahal sebelumnya kulit saudara perempuannya masih biasa-biasa saja.
Tak ada yang aneh, tetapi begitu disingkap bagian mukanya saat hendak dimandikan seolah semua kulit yang terbuka itu mirip dengan kulit kedebong pisang.
“Kita panggil ustadz saja!?”
Tak beberapa lama kemudian, sang ustadz sudah tiba di tempat itu. Setali tiga uang, ia pun tercengang mendapati pemandangan demikian namun segera menguasai diri.
Tak lama kemudian berdoa agar prosesi jenazah dari awal hingga akhir dimudahkan oleh Allah swt. Sang ustadz tak dapat menyembunyikan keheranannya atas pemandangan yang baru saja dilihatnya. Sementara Ibu Laili pun tak kuasa menahan kesedihannya.
Peristiwa di tahun 80-an ini sungguh di luar dugaan. Memang hanya beberapa orang saja yang melihatnya, namun berita perubahan kulit Laili menjadi berkeriput dan sangat tua itu sempat menjadi buah bibir masyarakat.
Sebagian orang kemudian mengaitkan dengan cara Laili menjalankan usahanya sewaktu hidupnya. (Seperti diceritakan IS kepada Hidayah)
Wallahu’alam bishshawab, ..
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...
Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...
... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...
~ o ~
Salam santun dan keep istiqomah ...
--- Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini ... Itu hanyalah dari kami ... dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan ... ----
Semoga bermanfaat dan Penuh Kebarokahan dari Allah ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat ....
#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
------------------------------------------------
.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik ....
# SUMBER : majalah-hidayah
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Di sepanjang jalan itu, seperti biasanya, hiruk pikuk oleh lalu-lalang orang yang mengadakan transaksi ekonomi. Memang, di kanan kiri jalan itu banyak berjajar pertokoan. Macam-macam dagangannya, mulai dari mainan, kuliner hingga kebutuhan pokok sehari-hari. Sebab tempat tersebut termasuk tempat strategis untuk kegiatan berniaga.
Namun di antara sekian toko itu, ada satu toko besar yang tampak lebih ramai dibandingkan dengan toko-toko lainnya. Spanduknya berukuran 5 x 1 m bertuliskan “Toko Laili”. Barang dagangannya cukup banyak dan beragam. Di toko ini segala kebutuhan dasar sehari-hari tersedia.
Pagi-pagi sekali, Toko Laili sudah buka. Sebab, saat itulah masyarakat mulai sibuk beraktivitas. Pembeli mengalir tak henti-henti. Bahkan kadang mengantri cukup lama untuk mendapatkan giliran, padahal toko-toko sembako serupa tidak jauh dari tempat itu. Mereka menganggap di toko ini, apa yang mereka butuhkan tersedia sehingga sekali belanja tidak perlu mencari-cari ke tempat lain. Toh harganya pun standar.
Tentu saja pemandangan ini membuat iri para pedagang lainnya. Malahan pemilik kios-kios lain seringkali terbengong-bengong melihat orang hilir-mudik terus di Toko Laili. Mereka heran kenapa toko itu begitu ramai pengunjungnya sementara yang lain biasa-biasa saja.
“Mbak Yu, toko seberang itu kok ramai terus ya?” tanya Umi kepada Sarmi.
“Ya. Padahal dulu keadaannya sama seperti toko kita,” tukas Sarmi.
“Mbak Yu pernah coba mengulik secara diam-diam rahasia kesuksesan toko itu?”
“Belum pernah. Tapi dulu sebelum seramai sekarang, kuperhatikan Laili sering mencari-cari tabloid atau koran mistik.”
“Terus, apa hubungannya?”
“Di dalam media itu banyak iklan seputar pelet, jimat-jimat, ajian-ajian, obat-obatan bahkan penglaris.”
“Apa itu penyebabnya, Mbak Yu?”
“Entahlah, kita tidak usah su’u-dzan.”
Keduanya menutup pembicaraan siang itu sembari memeras otak bagaimana agar dagangan mereka juga bisa ramai.
Rajin ‘Berikhtiar’ ...
Pada hari Sabtu atau Minggu pagi, Laili (35 thn, nama samaran) memang sering pergi untuk suatu keperluan. Biasanya, ia berangkat pagi-pagi sekali dan pulangnya menjelang petang. Jika ia pergi, ibunyalah yang ganti menjaga tokonya. Toko Laili sebenarnya milik ibunya, namun saat ibunya beranjak tua, Laili-lah yang meneruskannya.
Laili berpikir bahwa selama ini toko yang dikelola ibunya itu tak mengalami kemajuan berarti. Memang tetap berjalan seperti toko-toko lainnya, namun perkembangannya sungguh lambat. Padahal Laili sudah bermimpi, ke depan tokonya harus lebih besar dengan dagangan yang lebih beragam.
Sampai suatu ketika ia disarankan oleh seorang teman untuk mencoba berkonsultasi dengan “orang pintar”. Orang pintar yang dimaksud adalah seorang dukun yang seringkali didatangi orang-orang yang punya problem usaha, keluarga serta jodoh.
“Cobalah! Banyak kok orang yang usahanya kembang-kempis namun setelah ‘berikhtiar’ usahanya menjadi lebih baik!” temannya meyakinkan.
Semula Laili acuh saja. Namun setelah dipikir-pikir di rumahnya, ia pun termakan provokasi temannya. “Tak ada salahnya mencoba, siapa tahu ini adalah jalan keluarnya,” batin Laili.
Entah kenapa mulai saat itu, perempuan satu ini mulai keranjingan mendatangi dukun, paranormal dan orang-orang yang disebut-sebut “pintar”.
Tujuannya sama, yakni mencari cara agar usahanya jauh lebih maju. Dari satu orang ke orang lain, dari satu tempat ke tempat lain, dari satu kota ke kota lain.
Ia mulai rajin mencari-cari informasi melalui koran, tabloid dan majalah, agar mendapatkan sesuatu yang paten yang bisa mengubah dunianya. Betapa pun harus merogoh koceknya dalam-dalam sebagai mahar, Laili tidak keberatan asalkan membuahkan hasil.
Beberapa bulan kemudian, upaya Laili membuahkan hasil. Semakin lama, dirasakan tokonya kian ramai oleh para pembeli. Malahan kadang-kadang pagi-pagi benar, sudah ada pembeli yang mengetuk rumahnya untuk berbelanja, padahal tokonya belum juga dibuka. Laili senang. Ini tandanya ada kemajuan.
Stok dagangan di Toko Laili semakin menumpuk. Segala kebutuhan masyarakat yang sebelumnya tidak ada dan mesti pergi ke kota untuk membelinya, kini bisa didapatkan di Toko Laili.
Tidak cukup di situ saja, Toko Laili yang tadinya melayani eceran saja perlahan berubah menjadi agen, yang artinya melayani partai-partai besar. Untuk itu, Laili mempekerjakan 4 orang untuk membantunya. Merekalah yang melayani kebutuhan-kebutuhan para pembeli.
Setelah dua tahun lewat, sekarang Laili bisa tersenyum lebar. Dari belakang meja kasir, ia tampak sumringah melayani para pembeli. Kini, kunci sukses seolah berada di genggaman tangannya sembari mengingat bahwa ikhtiarnya selama ini mendatangi satu “orang pintar” ke “orang pintar” lainnya ternyata cukup manjur.
Ia juga percaya, dengan menjalankan sejumlah ritual yang disarankan usaha yang dilakoninya akan terus meningkat. Padahal ritual-ritual yang dilakukan itu sejatinya tidak diperkenankan oleh agama, namun Laili tak peduli yang penting tujuan yang diinginkannya tercapai.
Sebaliknya, pemilik kios lain di sekitarnya perlahan mulai khawatir. Sebab dari hari ke hari, grafik pembeli mereka terus menurun. Jika begini terus, bukan tidak mungkin mereka akan gulung tikar sebab pelanggan satu per satu beralih ke Toko Laili. Toko itu seolah memiliki magnet yang luar biasa yang bisa menyedot orang untuk datang dan datang lagi.
Namun lambat laun aroma ketidakwajaran Laili dalam menjalankan roda usahanya tercium juga oleh beberapa orang di sekitarnya. Entah dari mana muasalnya, tiba-tiba, beredar kabar seputar ikhtiar sampingan Laili yang menggunakan penglaris santer terdengar.
Dari satu mulut ke mulut lain, kemudian menyebar. Rupanya dugaan Mbak Yu Sarmi tentang kesukaan Laili mencari info tentang penglaris dan semacamnya mendekati kebenaran.
Laili tidak menanggapi isu yang berhembus tersebut tetapi juga tidak menampik. Ia pun beranggapan tidak ada yang salah dengan dirinya.
“Sah-sah saja bukan? Aku tidak merugikan orang lain,” gerutu Laili mendengar selentingan orang yang mencibir ikhtiarnya.
Di seberang jalan, tampak Mbak Yu Sarmi dan Umi seperti biasa bercengkerama.
“Mbak Yu, dugaanmu sepertinya benar. Ternyata orang-orang banyak membincang kesuksesan Laili yang diperoleh melalui cara mencari penglarisan,” kata Umi agak serius.
“Biarlah... Kenapa kita ikut repot? Baik atau buruk, toh pelakunya sendiri nanti yang akan menangung resikonya,” jawab Mbak Yu Sarmi.
Seiring perjalanan waktu, berita itu sirna dengan sendirinya. Nyatanya tak berdampak apa-apa terhadap usaha Laili. Dagangan Laili tetap lancar dan sukses.
Layu dan Tua Renta ...
Usaha Laili sukses sehingga menempatkan dirinya sebagai seorang juragan baru yang kaya. Laili sesungguhnya tak bakal menyangka kesuksesan yang diraihnya bakal secepat ini. Hanya dalam hitungan kurang dari 5 tahunan, semuanya berubah. Sang ibu pun senang mendapati anaknya yang mewarisi usaha dagangnya bisa lebih sukses dan maju pesat.
Sayangnya, Laili tak bisa merasakan kesuksesannya lebih lama. Di saat usahanya mengalami kemajuan, mendadak perempuan ini jatuh sakit. Ia mengira dirinya terlalu letih akibat memforsir fisiknya sehingga menyebabkan dirinya drop.
Karena itu, ia hanya minum obat yang tersedia di tokonya serta memperbanyak istirahat saja di rumah. Akan tetapi dugaan Laili meleset sebab makin lama penyakitnya justru makin parah. Usaha dibawa ke medis sudah dilakukan. Berbulan-bulan penyakitnya tak kunjung sembuh dan akhirnya ajal pun tiba.
Kontan saja berita kematian Laili menyebar. Keluarga dekat berkumpul, tak terkecuali Nursalim dan Mustakim, dua saudara lelaki Laili. Mereka bahkan siap membantu prosesi memandikan jenazah. Akan tetapi sebelumnya ia berniat melihat wajah saudara perempuannya itu untuk terakhir kalinya.
Saat menyingkap bagian muka, terlihatlah wajah Laili yang aneh sehingga mengagetkan mereka. Wajah itu berkerut-kerut, layu sekali dan terlihat seperti wajah nenek tua renta padahal ia masih tergolong muda (sekitar 40-an thn).
Bukan di bagian muka saja, di bagian leher, kemudian di lengan kanan kiri, kaki kanan kiri yang terbuka semuanya tampak layu seperti pepohonan yang meranggas. Mereka tak berani memegang kulit saudara perempuannya yang berbeda sekali dari kulit aslinya. Jasad saudara perempuannya itu ternyata mirip sekali dengan kulit kedebong pisang yang sudah mengering.
“Astaghfirullah... Bagaimana bisa terjadi?” tanya Nursalim.
Saudara lelakinya itu hanya menggelengkan kepala. Ia juga bingung sekali dan tak habis pikir kenapa bisa demikian. Padahal sebelumnya kulit saudara perempuannya masih biasa-biasa saja.
Tak ada yang aneh, tetapi begitu disingkap bagian mukanya saat hendak dimandikan seolah semua kulit yang terbuka itu mirip dengan kulit kedebong pisang.
“Kita panggil ustadz saja!?”
Tak beberapa lama kemudian, sang ustadz sudah tiba di tempat itu. Setali tiga uang, ia pun tercengang mendapati pemandangan demikian namun segera menguasai diri.
Tak lama kemudian berdoa agar prosesi jenazah dari awal hingga akhir dimudahkan oleh Allah swt. Sang ustadz tak dapat menyembunyikan keheranannya atas pemandangan yang baru saja dilihatnya. Sementara Ibu Laili pun tak kuasa menahan kesedihannya.
Peristiwa di tahun 80-an ini sungguh di luar dugaan. Memang hanya beberapa orang saja yang melihatnya, namun berita perubahan kulit Laili menjadi berkeriput dan sangat tua itu sempat menjadi buah bibir masyarakat.
Sebagian orang kemudian mengaitkan dengan cara Laili menjalankan usahanya sewaktu hidupnya. (Seperti diceritakan IS kepada Hidayah)
Wallahu’alam bishshawab, ..
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...
Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...
... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...
~ o ~
Salam santun dan keep istiqomah ...
--- Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini ... Itu hanyalah dari kami ... dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan ... ----
Semoga bermanfaat dan Penuh Kebarokahan dari Allah ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat ....
#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
------------------------------------------------
.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik ....
# SUMBER : majalah-hidayah
Seuntai nasihat untukmu Wanita,
Jadilah wanita yang penyayang & lembut dan janganlah menjadi wanita yang kasar dan keras.
Jadilah wanita yang berwajah berseri &selalu tersenyum dan janganlah menjadi wanita yang bermuka masam dan selalu cemberut.
Jadilah wanita yang bijaksna dan sabar dan janganlah menjadi wanita yang plin-plan dan temperamental.
Jadilah seorang ibu yang menghangatkan dan ja
ng
anlah menjadi wanita yang dingin hingga dijauhi.
Jadilah wanita yang dicintai dan dirindukn dan jangan menjadi wanita yang lalai dan dilalaikn.
Jadilah wanita mukminah dan bersyukur dan janganlah menjadi wanita kafir dan kufur.
Jadilah wanita pencemburu yang dicintai dan jangan menjadi wanita pencemburu yang menghancurkan.
Jadilah wanita pengatur rumah tangga yang qana'ah dan janganlah menjadi wanita yang mubadzir.
Jadilih wanita penghuni surga dan janganlah pernah menjadi wanita penghuni neraka.
Jadilah sahabat wanita yang dicintai dan janganlah menjadi musuh yang dibenci.
Jadilah wanita yang pendiam dan lemah-lembut dan janganlah menjadi wanita yang cerewet dan kasar.
Jadilah wanita seperti,Khadijah,Zainab dan Aisyah,
Dan janganlah menjadi seperti istri Nabi Luth dan istri Nabi Nuh.
Jadilah wanita seperti wanita yang ALLAH suka melihatnya dan janganlah
menjadi wanita seperti wanita yang setan suka melihatnya.
Ajak sahabat yanng lainnya bergabung
insya Allah Bermanfaat
Jadilah wanita yang bijaksna dan sabar dan janganlah menjadi wanita yang plin-plan dan temperamental.
Jadilah seorang ibu yang menghangatkan dan ja
ng
anlah menjadi wanita yang dingin hingga dijauhi.
Jadilah wanita yang dicintai dan dirindukn dan jangan menjadi wanita yang lalai dan dilalaikn.
Jadilah wanita mukminah dan bersyukur dan janganlah menjadi wanita kafir dan kufur.
Jadilah wanita pencemburu yang dicintai dan jangan menjadi wanita pencemburu yang menghancurkan.
Jadilah wanita pengatur rumah tangga yang qana'ah dan janganlah menjadi wanita yang mubadzir.
Jadilih wanita penghuni surga dan janganlah pernah menjadi wanita penghuni neraka.
Jadilah sahabat wanita yang dicintai dan janganlah menjadi musuh yang dibenci.
Jadilah wanita yang pendiam dan lemah-lembut dan janganlah menjadi wanita yang cerewet dan kasar.
Jadilah wanita seperti,Khadijah,Zainab dan Aisyah,
Dan janganlah menjadi seperti istri Nabi Luth dan istri Nabi Nuh.
Jadilah wanita seperti wanita yang ALLAH suka melihatnya dan janganlah menjadi wanita seperti wanita yang setan suka melihatnya.
Ajak sahabat yanng lainnya bergabung
insya Allah Bermanfaat
... KISAH TUKANG PIJAT SHALEH YANG JENAZAHNYA UTUH ...
0 komentar Diposting oleh Zulhijar Tryhandoyo di 20.29
... KISAH TUKANG PIJAT SHALEH YANG JENAZAHNYA UTUH ...
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...Baginda Nabi Muhammad saw bersabda:
“Perbuatan-perbuatan yang baik akan menjaga dari kematian yang buruk,
siksaan dan kebinasaan. Dan pelaku kebaikan di dunia adalah pelaku
kebaikan pula di akhirat.” (HR. Al-Hakim dari Anas).
Hadits di
atas sejatinya begitu jelas menegaskan kepada kita bahwa setiap
perbuatan itu sangat berpengaruh dengan akhir kisah hidup kita. Jika
kita banyak melakukan amal shaleh semasa hidup, maka akhir kisah hidup
kita pun akan bahagia (khusnul khatimah).
Sebaliknya, jika
kita banyak melakukan kejahatan selagi hidup di dunia, maka akhir kisah
hidup kita pun seringkali dilalui dengan kematian yang menyengsarakan.
Karena itu, janganlah kita memandang rendah pekerjaan apapun di dunia,
meski itu tukang pijat sekalipun. Memang, profesi tukang pijat,
kerapkali dianggap sepele, tidak berkelas dan dipandang miring.
Padahal, profesi ini banyak menyelamatkan orang dari berbagai penyakit
akut, seperti pegal, linu, kesleo, demam, rematik, dan sebagainya.
Saking enaknya dipijat, tidak sedikit orang yang “kecanduan” dengan
kebiasaan yang satu ini. Bila sehari ia tidak dipijat, badannya terasa
ngilu.
Bagi Jo Pawiro, lelaki kelahiran Jawa Tengah, profesi
sebagai tukang pijat merupakan anugerah dari Allah yang patut disyukuri.
Mengapa? Meski tidak menghasilkan kekayaan lebih, profesi ini
setidaknya telah membantu banyak orang. Selain itu, memang tidak ada
kelebihan lain yang bisa dilakukan oleh Jo Pawiro, selain bekerja
seperti ini.
Pak Jo melakoni profesinya ini sejak usia muda.
Saking enaknya pijatan Pak Jo, ia memiliki banyak pelanggan. Bahkan,
pelanggannya itu tidak saja berasal dari desa setempat, tapi juga dari
desa tetangga.
Satu hal lagi, Pak Jo tidak menargetkan upah
sekian untuk sekali pijat. Dibayar alhamdulillah, tidak juga tidak
mengapa. Baginya, yang penting si pasien mengalami perubahan yang lebih
baik setelah dipijat olehnya. Prinsip-prinsip seperti inilah yang
membuat banyak orang, terutama para pasiennya, begitu menghormati Pak
Jo.
Di mata keluarga sendiri, Pak Jo begitu dihargai. Meski
profesi tukang pijat tidak begitu mengangkat derajatnya. Tapi, di mata
istri dan anak-anaknya, Pak Jo sudah memberikan yang terbaik buat
keluarga dan bertanggungjawab penuh.
Begitulah Pak Jo, yang hingga usia tuanya tetap melakoni profesinya itu.
---
Lima belas tahun berlalu. Suatu saat, ketika ada seorang warga bernama
Kayatun meninggal dunia, dan hendak dikuburkan di dekat dimana Pak Jo
dimakamkan, sebuah keanehan terjadi.
Ketika dilakukan
penggalian kubur untuk jenazah Kayatun hingga kedalaman beberapa meter,
tiba-tiba bagian sisi dalamnya ambruk, sehingga membentuk lingkaran dan
berlubang.
Keadaan ini tentu saja mengejutkan para penggali.
Namun, keadaan mengejutkan itu segera bisa dikendalikan. Satu orang pun
berniat untuk menambal lubang itu. Tetapi, saat hendak menambal itulah
ia melihat di dalam lubang itu ada sebuah keganjilan.
“Subhanallah!” Tiba-tiba orang itu menjerit. Ia melihat sebuah kaki
berbungkus kain kafan. Tidak salah lagi, itu adalah jenazah dari kuburan
tetangga. Seketika teman-temannya penasaran dengan kejadian itu dan
saling mengintip.
Mereka pun benar-benar melihat kejadian yang
sama. Ada sebuah jenazah utuh dari balik lubang itu. Salah seorang dari
mereka pun akhirnya tahu bahwa itu adalah jenazah Jo Pawiro, yang sudah
dikubur lima belas tahun yang lalu.
Kejadian ini segera
menggegerkan warga sekitar. Berbondong-bondong orang ingin menyaksikan
kejadian tersebut. Termasuk keluarga Pak Jo sendiri datang dan penasaran
ingin melihatnya.
Setelah mendapatkan izin dari keluarga,
akhirnya kuburan Pak Jo dibongkar. Setelah itu, tampaklah jenazah Pak Jo
seutuhnya. “Kain mori-nya (kain kafan) sama sekali tidak rusak, Mas,”
ujar Nurhadi kepada Hidayah.
Subhanallah! Ini benar-benar
ajaib. Bagaimana mungkin jenazah yang sudah dikubur bertahun-tahun masih
tetap utuh? Segenap pertanyaan pun menyergap dalam pikiran dan benak
para pelayat saat itu.
Keluarga Jo Pawiro sangat terharu dengan
kejadian itu. Mereka tidak menyangka jika jenazah salah seorang
kerabatnya itu akan dijaga Allah sedemikian rupa. Namun, sekali lagi,
tidak ada yang mustahil bagi Allah jika Dia sudah berkehendak. Jangankan
menjaga jenazah, menyatukan kembali tubuh-tubuh yang berceceran saja
sangat mudah bagi Allah.
Seketika penggalian kubur untuk jenazah Kayatun menjadi tersendat dan berganti menjadi riuh melihat jenazah utuh Pak Jo.
Sebagian orang yang hadir tidak sedikit yang bertanya-tanya, “Emangnya
siapa sih Jo Pawiro?” “Kenapa jenazahnya bisa utuh ya?” Berbagai
pertanyaan menggelayut di pikiran dan lubuk sebagian pelayat yang memang
semasa hidupnya tidak mengenal atau tidak pernah bertemu dengan
almarhum.
Namun, keadaan demikian tak bisa dibiarkan
berlarut-larut. Atas izin keluarga, akhirnya jenazah Pak Jo dikubur
kembali. Setelah itu, beberapa saat kemudian jenazah Kayatun datang dan
segera dikuburkan di samping kuburan Pak Jo.
Setelah itu mereka pun berbondong-bondong pulang ke rumah, dengan menyisakan kisah yang sama tentang Pak Jo.
Rajin Shalat Malam dan Berzikir ...
Malam merayap. Orang-orang terlelap di dalam tidur nyenyaknya.
Tiba-tiba seorang lelaki tua terjaga dari tidurnya dan segera ke
belakang untuk mengambil air wudhu. Setelah itu, ia kembali lagi dan
sudah ada di atas sajadah. Dengan menghadap kiblat, ia pun mengangkat
takbir. “Allahu Akbar!”
Itulah salah satu pemandangan di rumah
Jo Pawiro di tengah malam. Ya, sebagai seorang tukang pijat, selain
dikenal ramah dan santun, beliau juga rajin menunaikan shalat sunnah
malam. Mungkin ia menyadari usianya sudah tidak muda lagi.
Sewaktu-waktu Tuhan pasti akan menjemputnya. Karena itu, ia menghabiskan
sisa hidupnya dengan banyak mendekatkan diri kepada Allah.
Namun, jelas, bukan karena itu saja. Sebab, banyak kisah mempertontonkan
kepada kita bahwa usia tua tidak menjamin seseorang hidupnya lebih
dekat dengan Allah. Hal yang terjadi pada Pak Jo tentu berbeda. Ia telah
mendapatkan sinaran Ilahi, sehingga hatinya terbuka untuk selalu
melakukan banyak kebaikan. Profesi tukang pijat dilakoninya dengan tulus
dan ikhlas.
Selain itu, Pak Jo juga dikenal suka berzikir.
Setiap hari ada saja bacaan-bacaan asmaul husna yang diamalkannya.
Mungkin untuk menemani hari-harinya agar tidak sepi.
Hal itu
terus ia lakukan menjelang sakitnya. Bahkan, saat sakit menggerogoti
seluruh tubuhnya, mulutnya masih suka menzikir asma Allah. Tidak semua
orang bisa melakukan semuanya ini. Yang ada, ketika sakit, kita malah
mengingat-ingat peninggalan apa yang akan kita berikan kepada anak dan
cucu kita.
Bagi Jo Pawiro, justru hal-hal akhirat yang
diingatnya. Karena ini pula, kematian Pak Jo tidak merepotkan banyak
orang. Ketika sakit pun, tak terlalu lama mengalaminya, sehingga sanak
keluarganya tidak direpotkan, sebab ia terus meninggal dunia. Tidak
heran, jika lima belas tahun kemudian, jenazahnya ditemukan dalam
keadaan utuh.
Apa yang terjadi pada Jo Pawiro ini sedikit
banyak memberikan iktibar pada kita bahwa Allah begitu mudah
memperlihatkan keajaiban-keajaiban-Nya, lewat apa saja yang Ia
kehendaki. Allah menunjukkan kepada kita betapa orang yang senantiasa
qiyamulail itu sering mendapatkan keistimewaan tidak hanya semasa
hidupnya, tapi juga setelah ia meninggal
. Nah, dalam kasus Pak
Jo, Allah menunjukkan jenazah orang yang saleh itu sungguh
dimuliakan-Nya, yakni tidak hancur dan membusuk seperti lazimnya.
Selain itu, iktibar lainnya mengajarkan kepada kita untuk tidak
menganggap sepele atau merendahkan pekerjaan apapun. Sebab, pada
dasarnya, segala kualitas seseorang itu tidak dilihat dari kondisi
lahiriahnya, tapi dari proses niat amalanya (spiritualnya).
Bagi sedikit orang, profesi tukang pijat mungkin pekerjaan yang tidak
terlalu pantas, namun justru di situlah Pak Jo menemukan kemuliaannya.
Secara tidak langsung, kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa calon
penghuni surga juga merupakan haknya orang-orang miskin –tentunya, yang
bertakwa kepada Allah. Semoga kita bisa terinspirasi dari kisah ini!
aamiiin ...
Wallahu’alam bishshawab, ..
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...
Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...
... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...
~ o ~
Salam santun dan keep istiqomah ...
--- Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini
... Itu hanyalah dari kami ... dan kepada Allah SWT., kami mohon
ampunan ... ----
Semoga bermanfaat dan Penuh Kebarokahan dari Allah ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat ....
#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
------------------------------------------------
.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik ....
# SUMBER : Majalah Hidayah
Pake jilbab ga mauuu,,, katanya MALU
Tutup aurat juga ogah,,, ntar MALU-MALUIN!
Ga modis! Kampungan!
Justru yang ngaku MUSLIMAH itu yang harusnya MALU kalo ga tutup aurat,,,ga pake jilbab
MUSLIMAH kog ga tutup aurat?
MUSLIMAH kog ogah pake jilbab?
Jadi...buat nge-bedain mana MUSLIMAH mana NON-MUSLIMAH gimana dong???
Malu itu mbok ya pada tempatnya,,, kalo pake baju tertutup malu, kenapa pake baju kurang bahan bangga? (hhehe)
Pake baju longgar malu, kenapa pake yang press body oke2 aja? Padahal
kalo mau duduk, kudu tarik depan tarik belakang kan?? Hmmm...ribet.
Jadi,,,buat" Muslimahku,,,yukkk mulai sekarang renungilah definisi "malu" itu yaa... :)
MUSLIMAH kog ogah pake jilbab?
Jadi...buat nge-bedain mana MUSLIMAH mana NON-MUSLIMAH gimana dong???
Malu itu mbok ya pada tempatnya,,, kalo pake baju tertutup malu, kenapa pake baju kurang bahan bangga? (hhehe)
Pake baju longgar malu, kenapa pake yang press body oke2 aja? Padahal kalo mau duduk, kudu tarik depan tarik belakang kan?? Hmmm...ribet.
Jadi,,,buat" Muslimahku,,,yukkk mulai sekarang renungilah definisi "malu" itu yaa... :)
;;
Subscribe to:
Postingan (Atom)